NOVEL: RAHASIA SHARLA PART 1

PELUKAN TERAKHIR

*Disclaimer : novel ini dibuat tanpa bermaksud mendukung LGBT. Hanya berusaha mengungkapkan bahwa mereka pernah terluka, butuh teman, tak seharusnya dijauhi atau bahkan dicaci. Novel ini menggunakan setting tahun 2010.

         


“SIAAAPPP GRAKK!!!” teriak sang pemimpin upacara menyiapkan pasukannya.

Si kuning matahari tersenyum senang di atas hamparan karpet biru bertabur kapas. Siswi – siswi SMA Buana berdiri menyemut di tengah lapangan. Pagi ini, upacara awal tahun baru dimulai di SMA Buana, sebuah SMA favorit khusus cewek di Jakarta. 

Pagi ini adalah pagi yang benar – benar membosankan buat gank action, terlebih Sharla, berdiri di bawah payung sinar matahari sambil mendengarkan wejangan dari ibu kepala sekolah, oh my god!!!  Tapi mau apalagi ini acara wajib bagi semua siswi. Cuma empat puluh lima menit kok, mau nggak mau ya harus mau.

Sharla berjongkok di antara siswi-siswi lain yang berdiri, dia menempatkan diri di tengah lapangan. Buana sepertinya sudah akrab dengan tingkah bandel Sharla. Bayangkan saja, di saat upacara seperti ini dia malah dengan santainya membaca komik sambil mendengarkan lagu – lagu linkin park. Benar – benar kelewatan. 

Seperti sesuatu yang kontras, sifat bandelnya, badung, tak mau di atur, sering membuat keributan,  dan tak jarang membuat guru – guru naik darah, di sekolah cewek ini sangatlah di segani dan di hormati oleh murid yang lain, baik adik kelas, kakak kelas, dan teman seangkatan. Semua ini berawal dari permusuhannya dengan gank star, gank yang terkenal semena – mena di sekolahnya. 

Dengan gerakan perlahan, tangannya membalik buku komik yang dia baca. Kepalanya bergerak naik – turun mengikuti irama Linkin Park. Di sekitarnya, siswi – siswi yang lain tetap siaga melindungi jikalau ada guru yang lewat dan melakukan inspeksi, Sharla bisa membetulkan posisinya dengan posisi yang dianggap oleh para guru posisi normal : berdiri tegak melewati upacara dengan khidmat, dan itu bukan Sharla banget.  

Tahun ini Sharla menginjakkan kaki di kelas XII IPA 3. Sharla termasuk golongan anak pandai, IQnya di atas rata-rata tapi sayang, dia sering bolos pelajaran dan jarang mencatat. Meskipun begitu nilai-nilainya tetap saja di atas rata-rata kelas. Itulah yang membuat para guru kesal sekaligus bangga padanya.

Sharla berdiri lalu melayangkan pandangannya ke segala penjuru, aman. Komik yang telah selesai dibacanya tadi dimasukkan ke dalam baju. Sharla melirik keempat teman ganknya yang juga melakukan hal yang sama dengan dirinya, membaca komik.  

”Nev...Nev...,” panggil Sharla setengah berbisik.

Keempat temannya menoleh bersamaan. Mereka melihat Sharla menunjuk jam tangannya, mengingatkan teman-temannya kalau lima menit lagi upacara selesai dan itu tandanya mereka harus bersiap pada posisi ’normal’.

Saat detik-detik upacara akan berakhir, bola mata Sharla menangkap sesuatu. Sebuah mata bening dari seorang cewek berambut coklat panjang dan bergelombang yang berada tak jauh di depannya. Kebetulan cewek itu sedang menoleh ke belakang, tapi saat Sharla memandangnya tajam, dia justru memalingkan muka. Sharla menghela nafas panjang, ada yang harus diselesaikan antara mereka berdua.

Ahhh leganya..., gumam beberapa siswi  seolah bebas dari penjara saat upacara telah usai. Gerombolan siswi itu bubar menuju kelas masing–masing kecuali Sharla, dia berlari menghampiri Nia tanpa mengucap sepatah katapun pada keempat temannya.

”Nia! Gue mau ngomong sama lo!” ucap Sharla tegas, tapi tetap lembut, disusul menarik lengan Nia tanpa basa-basi menuju lorong laborat bahasa yang memang sedang tak di pakai. Sepi.

Dengan lembut, dipojokkannya cewek bernama Nia itu pada dinding, satu telapak tangan Sharla bertumpu pada dinding. Matanya menatap Nia lekat, tepat di manik mata.

“Gue minta penjelasan.” Datar tapi tepat sasaran.  

Nia menunduk lemah. Rasa bersalah itu kini menyelimuti hatinya. 

”Gue tahu, pasti ini karena gue jalan sama cowok, sorry…,” ujar Nia ketakutan.

”Jadi… bener itu lo? Gue nggak nyangka, awalnya gue pikir gue salah lihat, ternyata lo... ah!” Sharla mengerang tak percaya, Nia tega melakukan semua ini. 

Nia masih menunduk, dia tidak ingin membuat keributan, dia ingin semuanya berakhir secara baik-baik.

”Jadi akhir- akhir ini lo ngejauhin gue cuma gara-gara cowok itu?!!” tanya Sharla geram kemudian diiringi anggukan Nia. 

Sharla mundur perlahan, dua langkah menuju dinding seberangnya. Cewek itu  mengatupkan rahangnya, nafasnya tak beraturan, amarah di dadanya membuncah, bara emosi itu meletup di matanya. Nia… seseorang yang selama ini dicintainya tega menghianatinya?

Hening, selama sepuluh detik keduanya membisu, Sharla masih tampak geram namun dia mulai mengatur nafasnya, berusaha untuk menyelami kemauan Nia. 

“Kenapa?” hanya itu yang mampu muncul dari mulut Sharla, meski sakit di dadanya, dia tak akan mampu meluapkan amarahnya pada Nia.

”Shar… lo sadar kan kalau hubungan kita terlarang? Coba lo pikirin, sampai kapan hubungan kita ini bakal terus berlanjut…,” kalimat Nia terpotong.

”So, lo mau mutusin gue? Lo mau mengakhiri semua ini?!!” Sharla benar-benar emosi sekarang, dia merasa dikhianati, dibohongi, oleh seseorang yang sampai sekarang masih berarti baginya.

Nia menunduk lesu, dia tahu semua ini akan terjadi, semua ini salahnya, dia egois, tak memperdulikan peraasaan Sharla.

“Jawab Nia... lo mau kita putus?” Sharla tetap berusaha menjaga emosinya, meski sakit di dadanya kini semakin menimbulkan luka yang  membesar.

Nia dalam kebingungan fatal. Bagaimanapun, Sharla sudah mengisi hari – harinya dengan pelangi. Dia tak kuasa melakukan hal ini, tapi jujur, dia lelah, dia tak mau membohongi kedua orang tuanya lebih jauh, dia pun mengangguk lemah.

Sharla memandang Nia yang masih menunduk dengan tatapan tidak percaya. Inikah akhir perjalanan hidupnya dengan Nia? 

”But... Why? Gue masih sayang sama lo... Lo nggak beneran pingin putus kan? Lo marah sama gue ya? Atau ada salah satu anak Buana yang tahu hubungan kita? Jawab sayang… please!” Sharla mendekati Nia dan memebelai rambutnya yang lembut, wajah mereka perlahan semakin dekat. 

“Cukup Shar!” Nia mendorong Sharla hingga dia mundur selangkah. Terperangah,  terkejut memandang Nia yang sedang berjongkok di depannya, wajahnya tertutup oleh kedua tangan, kepalanya tertunduk, bahunya berguncang dan isak tangis terdengar jelas di telinga Sharla. 

Sharla jadi merasa bersalah, tapi dia bingung, apa yang terjadi? Nia tidak biasanya seperti ini. Hingga beberapa detik kemudian tangis Nia belum mereda, Sharla jadi semakin iba melihatnya, dia mendekati Nia, mencoba meraba apa yang diinginkannya.

“S…s..sorry…, maafin gue sayang, gue nggak bermaksud bikin lo nangis…, kalau lo mau kita putus, okey, kita putus…,” kata Sharla yang ikut berjongkok di sisi Nia. 

Setelah Sharla mengucapkan kalimat itu, Nia mendongakkan kepalanya. “Maafin gue, Shar… gue nggak ada maksud nyakitin elo…”

Sharla terdiam. Sunyi hingga beberapa detik kemudian Nia memecahkannya.

”Gue... cuma nggak ingin bikin ortu gue kecewa, gue nggak ingin mereka tahu hubungan ini, Shar. Gue capek bohongin mereka dan terus menerus menutupi semua ini. Gue anak satu-satunya mereka, dan cucu tertua di keluarga besar gue, gue selalu jadi kebanggan ortu gue, dan... dan... lo bisa bayangin, Shar... kalau suatu saat hubungan kita ketahuan, mereka pasti bakal kecewa berat.”

Sharla terdiam, menatap mata Nia yang basah, juga kilauan bening di pipinya.

“Karena itulah gue nggak pernah ngangkat telpon lo, gue nggak pernah balas sms lo, dan setiap lo main ke rumah gue, gue selalu menghindar. Sorry… bukan maksud gue mengkhianati lo tapi gue udah mikirin ini masak-masak selama seminggu sisa liburan ini…”

”Terus cowok itu?” potong Sharla, datar tapi nanar.

“Gue kenal dia pas main ke rumah kakak sepupu gue. Dia baik sama gue, sering bantuin gue ngerjain tugas, seminggu yang lalu dia nembak gue, dan gue mulai memikirkan tentang hubungan kita, dia nggak maksa gue untuk jawab secepatnya, dia tetep akan nunggu gue kalau gue nolak dia. Dia bilang, kalau gue nolak dia bukan berarti kita nggak bisa temenan lagi.”

“Lo terima dia?”

“Gue mau ngomongin ini baik-baik sama lo.”

“Cowok itu tahu lo sama gue?”

“Nggak ada yang tahu tentang kita, cuma kita berdua yang tahu. Lo nggak dendam atau marah kan Shar?”

Sharla mengerjap, tersenyum tipis, “sorry gue tadi emosi, kalau itu emang jadi keputusan lo dan bisa menghapus rasa sedih lo, gue akan terima.” tepat saat itu, seperti ada sakit di dadanya, sakit di tinggalkan, sakit itu kini menganga lagi.

“Makasih ya Shar… gue janji, nggak akan ada yang tahu tentang hubungan ini. Hmm…mungkin mulai saat ini kita akan jarang ketemu lagi, kayaknya, hubungan kita sudah mulai dicurigai sama gank star, lo tahu kan mereka kayak apa? Mereka akan terus mengejar lo dan berusaha menjatuhkan lo. Gue harap setelah ini lo bisa melupakan gue, please… dan gue harap lo juga bisa berubah...”

Sharla menatap ruang di depannya dengan pandangan mata kosong dan di sana terlihat kesedihan yang cukup dalam. Berubah? Kata itu jauh tenggelam dari angannya.

“Nia... Ijinkan gue memeluk lo untuk yang terakhir kali. Boleh kan?” setidaknya, inilah perpisahan, ada kenangan yang ditinggalkan, bukan mendadak dan tanpa jejak seperti yang pernah dia alami.

Nia tidak menjawab, dia langsung jatuh ke pelukan Sharla.

“Semoga lo bahagia dengan kehidupan baru lo,” ujar Sharla pedih.


---- BERSAMBUNG ----

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menulis di ODOA, Skill Meningkat Cuan Berlipat!

Melangkah tanpa Lelah, Tertatih tanpa Letih

Kelas Naik Omzat Hari Ketiga: Cara Praktis Kelola Bisnis